Malam Senin
Rabu, 16 Februari 2011
0
komentar
Malam Senin
Aku ingin membicarakan seputar serba-serbi cinta tetapi tanpa terlalu banyak mengumbar kata cinta itu sendiri. Menghambur-hamburkan kata cinta akan terkesan boros, gombal, membosankan atau yang sejenisnya. Sudah kujelaskan,
aku tidak akan membawa menyeretnya ke kehidupanku lagi. Cukup sekali. Itupun mengandung arti. Bukan berarti aku sok tak peduli. Aku ingin semua mengerti. Tanpa perlu dijelaskan, pastilah kalian semua tahu, terkadang, kata lisan tak perlu jika ada kata badan yang lebih tahu dan berlaku. Dan itulah aku.
aku tidak akan membawa menyeretnya ke kehidupanku lagi. Cukup sekali. Itupun mengandung arti. Bukan berarti aku sok tak peduli. Aku ingin semua mengerti. Tanpa perlu dijelaskan, pastilah kalian semua tahu, terkadang, kata lisan tak perlu jika ada kata badan yang lebih tahu dan berlaku. Dan itulah aku.
Kamu tahu, betapa lelaki ini mencintaimu. Hey, bukankah tadi aku tidak akan berboros kata cinta lagi?
Entahlah, otakku tak mau berhenti untuk mengagumi sesosok seperti belati yang dengan gagah beraninya perlahan membuka satu persatu isi hati.
Ada namamu disana, disetiap sudutnya. Mau pembuktian apalagi soal cinta, wahai pemegang mahkota nirwana? Kamu sendiri telah membuka dan menguraikannya, sarat akan makna. Sedikit noda, bahkan hampir tak ada sedikit pun berbekas adanya.
Namamu dewi. Nama yang kamu sandang begitu tinggi seolah semua dewi bersatu merasuki ragamu yang indah – yang kemudian terpancarlah aura penarik yang tak akan pernah mati. Dewi kecantikan, dewi kepintaran, dan juga dewi perang. Semua ada pada dirimu. Gagah berani nan anggun.
Sedangkan aku, hanya pengagum sejati setiap orang yang kucintai. Adakah balasan untukku suatu hari nanti? Semua yang terberi tak harus terbalas bukan? Suratan takdir yang telah membawaku kesini. Membentuk jiwaku yang sebenar jiwa berbeda dengan yang lainnya. Aku ada bukan menjadi bahan ekspresi perasaan belaka. Disaat kau sedih, tertawa, dan marah. Aku bukan tempat sampah tapi sungguh betapaun itu aku merasa bahagia. Asalkan bibirmu yang merah merona itu bisa merekah, kapan saja.
Tenanglah gadisku, aku tidak akan berpikir banyak hal diluar logikaku. Berpikir vulgar membayangkan ketika engkau telanjang atau sekedar bermandi air sambil bernyanyi riang. Tapi nyatanya naluri lelaki terkadang tak mau diajak berkompromi. Engkau ada disetiap lukisan, sering muncul dibuaian bunga malam. Melebur bagai bidadari bersembunyi menyuruhku untuk selalu mencari. Engkau benar-benar sebenar dewi!
Jangan bilang aku terlalu bereuforia tentang rasa. Terlalu naïf untuk manusia pasif, aku. Aku bisa begitu agresif disaat menulis pesan, bukan berkata lisan. Ketahuilah, tentang surat yang tak akan pernah kau baca karena ketidakberanianku untuk mengirimkan. Andai saja merpati-merpati itu bersedia bebaik hati mengantarkan pesan mungkin aku akan berjingkrak kegirangan membayangkan semburat wajahmu yang penuh penasaran. Dan aku, akan sedikit ketakutan dengan wajah sedikit memerah saat mulai ketahuan. Bahwa akulah selama ini si lelaki bayangan.
Itu tak akan pernah terjadi, karena merpati telah mati berganti benda pengirim pesan masa kini. Sayang, aku belum mengetahui susunan nomor pasti yang akan membuatku melangkah pasti. Aku tah berani. Walau sekadar berucap “hai”.
Rencana mulai bisa tersusun sepihak. Jika kamu mengijinkan aku akan mengajakmu menyusuri setiap labirin kehidupan. Mengisi setiap teka teki
malam yang selama ini menjadi impian. Mengubah sisi kegelapan menjadi penuh cahaya bintang. Dan semua itu berasal dari satu sumber : hati.
Kita bisa bertukar pikiran bukan tentang komitmen yang membosankan - keluar dari area hubungan percintaan yang memenjarakan. Kita bisa saling membebaskan pikiran tanpa terlepas dari campur tangan Sang pencipta. Kita bebas tapi terkendali.
Apakah rencana bisa terbangun dari mimpi dan mencoba berlari? Entah, belum pasti.
***
Tiba-tiba malam menghilang, seiring suaramu samar memanggilku sayang. Wanita bayangan.
Lantas aku bangun menemui pagi, menuju kamar mandi menggosok gigi serta mencari sebuah arti dibalik kebasahan ini.
NC, 17/10/2010
0 komentar:
Posting Komentar